Sabtu, 28 Mei 2011

Apa Kabar Dunia

Apa Kabar Dunia


Bagaimana Cara Astronom Menentukan Usia Sebuah Bintang?

Posted: 28 May 2011 12:55 AM PDT

Bagi kebanyakan orang, bila kita melihat bintang di langit, tentunya kita mendapatkan bahwa semua bintang hampirlah serupa satu sama lain, yaitu bola gas yang berpijar kemerlap. Pertanyaannya adalah, bagaimanakah kita tahu berapa usia bintang itu?

http://www.le.ac.uk/physics/faulkes/web/images/stars.jpg


Belum lama ini, astronom telah mendapatkan sebuah metode untuk menentukan usia bintang secara akurat dari mengamati bagaimana bintang itu berotasi. Bagaikan sebuah gasing yang diputar di atas meja, maka seberapa cepat atau lambat bintang itu berotasi dapat menjadi penentu waktu berapakah usia sebuah bintang.

Hal tersebut disampaikan oleh astronom bernama Soren Meibom dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics pada pertemuan American Astronomical Society ke 218.


Mengapa para astronom perlu memahami usia sebuah bintang?

Kajian usia bintang mempunyai peran yang sangat penting pada berbagai studi di astronomi, secara khusus tentunya bagi pencarian planet-planet di luar Tata Surya, mempelajari bagaimana pembentukannya, perkembangannya, dan mengapa setiap sistem keplanetan yang telah ditemukan begitu unik satu dengan yang lainnya.

Dengan mengetahui usia bintang, maka kita dapat menentukan usia planet-planetnya, serta apakah mungkin ada kehidupan yang sempat tumbuh di luar sana.


Semakin tua usia planet, semakin besar kemungkinan kehidupan terbentuk, karena sebagaimana yang telah diketahui sistem keplanetan yang berada pada sebuah bintang biasanya terbentuk bersamaan dengan kelahiran bintang itu sendiri.

Mengetahui usia bintang cenderung mudah untuk ditentukan apabila bintang yang akan diukur itu berada di dalam sebuah sistem gugus bintang.

Adalah pengetahuan dasar bagi astronomi untuk mendapatkan hubungan warna dan kecerlangan bintang-bintang di dalam gugus guna menentukan usia gugus, akan tetapi kondisinya akan menjadi sangat sulit apabila bintang yang akan ditentukan usianya tidak berada dalam satu sistem gugus.

Sebagaimana bintang-bintang yang telah ditemukan mempunyai sistem keplanetan, kebanyakan tidak berada di dalam gugus, sehingga menentukan usianya menjadi tantangan tersendiri dalam studi astronomi.

Penelitian yang dilakukan oleh Meibon dkk mempergunakan pengamatan dari wahana Kepler, dengan melakukan pengukuran rasio rotasi pada sebuah gugus berusia 1 milyar tahun yang disebut sebagai NGC 6811.

http://langitselatan.com/wp-content/uploads/2011/05/trueage.jpg
NGC 6811

Nilai ini hampir mencapai dua kali lipat dari penelitian sebelumnya, dan usia sekitar itu masih dikatakan penyelidikan pada gugus muda.

Penelitian ini memberi pemahaman baru pada hubungan rasio rotasi bintang dengan usianya. Jika kesahihan hubungan rotasi bintang dan usia dapat diperoleh, maka pengukuran periode rotasi bintang dari setiap bintang dapat dipergunakan untuk menentukan usianya – sebuah teknik yang disebut sebagai gyrochronology, tetapi hal ini tidak serta merta dapat dipergunakan.

Sebagaimana sistem waktu di Bumi yang memerlukan standar, maka sistem penentuan waktu (usia) tersebut harus dapat dikalibrasikan kepada sebuah standar.

Sebagaimana kita di Bumi menyatakan bahwa satu tahun terdiri dari 365 hari, dst, maka agar dapat mendapat kesesuaian waktu, harus dapat diperoleh sebuah kestandaran.

Untuk itu, maka langkah pertama yang para peneliti itu lakukan adalah memulai dari pengukuran sebuah sistem gugus yang telah diketahui usianya.

Dengan mengukur rotasi pada bintang-bintang anggota gugus, dapat dipelajari rasio putaran bintang-bintangnya untuk menentukan usia-usianya. Pengukuran rotasi bintang anggota gugus pada usia yang berbeda dapat menghubungkan antara putaran dan usianya.

Untuk dapat mengukur putaran bintang, astronom harus mendapatkan perubahan kecerlangan bintang akibat adanya bintik bintang pada permukaan bintang, sebagaimana bintik Matahari pada permukaan Matahari.

http://images.iop.org/objects/phw/news/15/5/32/star2.jpg

Bila ada bintik terbentuk pada permukaan dan berada pada arah ke pengamat, maka bintang akan mengalami sedikit peredupan, sampai ketika bintik itu menghilang, dan bintang kembali sedikit lebih cerlang.

Dengan menentukan berapa lama bintik itu berotasi pada permukaan bintang, maka dapat ditentukan berapa cepat bintang yang diamati berotasi.

Tentunya perubahan kecerlangan bintang akibat bintik adalah sangat-sangat kecil, lebih kecil dari satu persen dan menjadi lebih kecil lagi pada bintang yang lebih tua.

Dengan demikian pengukuran rotasi bintang pada bintang-bintang yang lebih tua dari setengah milyar tahun tidak dapat dilakukan dari permukaan Bumi dikarenakan gangguan atmosfer Bumi.

http://nationalgeographic.co.id/admin/files/daily/201105241617330_n.jpg


Tetapi permasalah itu saat ini telah dapat diatasi mempergunakan pengamatan wahana Kepler, karena wahana itu telah dirancang guna mengukur kecerlangan bintang dengan sangat presisi guna penentuan adanya sistem keplanetan pada bintang-bintang.

Tentunya menentukan hubungan usia-rotasi pada kasus NGC 6811 ini bukanlah pekerjaan mudah bagi Meibom dkk karena mereka telah menghabiskan waktu empat tahun menentukan bintang-bintang anggota gugus atau kebetulan bintang lain yang berada pada arah pandang yang sama.

Hal ini dilakukan mempergunakan peralatan yang disebut Hectochelle yang terpasang pada teleskop MMT di Mt. Hopkins Arizona selatan. Alat Hectochelle dapat mengamati 240 bintang secara bersamaan, dan dengan demikian telah mengamati sekitar 7000 bintang selama empat tahun pengamatannya.

Setelah mengetahui bintang-bintang yang merupakan anggota gugus, maka selanjutnya data dari Kepler dipergunakan untuk menentukan seberapa cepat bintang-bintang itu berputar.

Mereka menemukan periode rotasi antara 1 sampai 11 hari (yang lebih panas dan masif berputar lebih cepat), dibanding dengan Matahari yang rasio putarannya hanya 30 hari.

Yang paling penting dari temuan mereka adalah adanya hubungan massa bintang dengan rasio rotasi dengan sebaran data yang kecil. Temuan ini mengkonfirmasi bahwa gyrochronology adalah metode baru yang dapat dipergunakan untuk mempelajari usia sebuah bintang.

Tim Meibom saat ini berencana untuk mempelajari sistem gugus yang lebih tua guna mengkalibrasi penentu waktu bintang mereka. Ini tentunya merupakan langkah yang lebih sulit karena bintang yang lebih tua berputar lebih lambat dan memiliki lebih sedikit bintik-bintik, yang artinya perubahan kecerlangannya akan sangat-sangat kecil.

Pekerjaan Meibom dkk itu telah menjadi sebuah lompatan dalam pemahaman pada bagaimanakah bintang-bintang di langit (termasuk Matahari) bekerja, demikian juga pada pada pemahaman sistem keplanetan di bintang-bintang yang jauh.

Sumber :
langitselatan.com

Sakaki, Pohon Suci Agama Shinto di Jepang dan Legendanya

Posted: 28 May 2011 12:00 AM PDT

Di agama Shinto di Jepang, alam merupakan sesuatu yang disucikan. Untuk dapat berhubungan dengan alam artinya dapat berdekatan dengan Tuhan. Objek alam dipuja sebagai roh suci (disebut kami). Terutama pohon Sakaki atau memiliki bahasa latin Cleyera japonica ini.

Pohon sakaki adalah pohon rimbun dengan daun hijau yang ditemukan di dalam mitologi, literatur dan ritual sakral di Jepang.



Saat musim semi, pohon Sakaki mengeluarkan wewangian dengan bunga putih yang berguguran diikuti dengan munculnya buah berbentuk kecil merah tua. Pohon ini tumbuh di bagian bersuhu hangat di Jepang, Korea maupun Cina.

Kojiki (kitab kuno) adalah catatan yang sangat bernilai bagi agama Shinto dan diperkirakan berasal dari abad ke-8.

Berdasarkan tulisan dan referensi lain dari mitologi Jepang, pohon Sakaki memiliki peran yang signifikan di kisah penciptaan Jepang. Pada jaman dahulu hidup pasangan suci bernama Izanagi dan Isanami yang membuat pulau Jepang dan anak-anak mereka menjadi dewa-dewa di berbagai klan orang Jepang.

Anak perempuan mereka, Amaterasu (Dewi yang bersinar nan agung) lahir dari mata kiri sang ayah yang akhirnya menjadi Dewi Matahari. Dari dewi inilah para keluarga kekaisaran Jepang mengakui mereka berasal.

Saudara laki-lakinya Susanoo, dewa badai diberi tugas untuk memimpin lautan, namun sebelum pergi Susanoo menghancurkan sawah-sawah dan menyebabkan tempat tinggal Amaterasu porak poranda.

Karena merasa kesal dan marah, Amaterasu akhirnya pergi ke suatu goa dan menutup diri. Hal ini menyebabkan dunia menjadi gelap gulita.



Untuk memancing Amaterasu keluar dari persembunyiannya, para dewa akhirnya membawa pohon Sakaki bercabang 500 dari Gunung Kaga di surga untuk diletakkan di depan pintu goa yang ditinggali Amaterasu.

Di bagian atas cabang pohon Sakaki dipasang 500 permata, dibagian tengah diletakkan cermin dengan tinggi delapan kaki dan di bagian bawah pohon di letakkan berbagai persembahan.

Para dewa kemudian membuat kegaduhan dan bersenang-senang di luar goa. Amaterasu merasa penasaran mengapa para dewa masih bisa bersuka cita padahal dunia sedang gelap gulita.

Dari luar para dewa mengatakan bahwa di sana terdapat dewi yang lebih bersinar dari diri Amaterasu. Merasa sangat penasaran dengan pesaingnya Amaterasu pun keluar dan melihat pantulan dirinya dari cermin yang terpasang di pohon sakaki.

Sebelum menyadari dirinya dijebak, para dewa melempar shimenawa atau tali suci dari jerami sebelum pintu goa tertutup. Akhirnya dunia pun kembali terang dan kehidupan terus berlanjut.

Amaterasu dipuja di Kuil Besae Ise yang merupakan kuil utama di Jepang. Dewi ini dimanifestasikan dalam cermin yang merupakan salah satu dari tiga harta kekaisaran Jepang.

Sakaki sendiri di letakkan di shinno-mihashira atau tempat pusat suci yang bertempat di atas dan dikelilingi oleh bangunan kuil yang terbuat dari kayu. Biasanya pohon sakaki dipasangi cermin-cermin di kuil Shinto lainnya.

Pohon sakaki kerap kali dijadikan kiasan dalam berbagai literatur dan karya-karya seni di Jepang. Sakaki juga disebut dalam penggalan tulisan kuno keagamaan yang menyebutkan bahwa pohon ini mewakili kesetiaan dan kestabilan selain itu juga mengekspresikan keberadaan yang abadi dan kekuatan dewi di kuil tersebut.

Berbagai upacara keagaaman Shinto menggunakan pohon Sakaki dalam ritualnya. Dalam upacara pita suci yang disebut gohei, menggantung tali jerami suci atau ranting dari pohon suci sakaki digunakan untuk memanggil keberadaan roh suci.

http://sakura.tsugaru.com/izumo/image/gohei-b.jpg

Gohei juga dikenal dengan sebutan Oho-nusa atau persembahan suci dan tetap digunakan dalam berbagai upacara keagamaan penting di Jepang.

Oho-nusa memakai dua tongkat yang dikaitkan berdampingan dan disambung dengan jerami dan beberapa potongan kertas. Satu tongkat tersebut dibuat dari kayu pohon sakaki dan yang lainnya dari bambu.

Selain itu, simbol pemujaan di wilayah Izumo yang melibatkan daun sakaki diikatkan di atas spanduk-spanduk doa yang disebut nobori. Di kuil Izumo terdapat banyak nobori yang menghiasi wilayah kuil dengan warnanya yang putih.

Sumber :
jadiberita.com

6 Tempat Sampah Unik dan Canggih di Dunia

Posted: 27 May 2011 10:15 PM PDT

Mungkin jika kita berfikir tentang tempat sampah, maka yang ada dibayangan kita adalah kotor, jorok, bau dan segalanya yang membuat kita tidak mau berada dekat-dekat dengannya. Namun ternyata tidak semua tempat sampah seperti itu.


Berikut ini adalah design-design tempat sampah yang sudah menggunakan konsep futuristik dengan dibarengi teknologi yang canggih dalam pengolahan sampah.


1. Touchless Automatic Trash Can


Seperti yang Anda ketahui, tempat sampah sangat kotor, tidak ada satu orang pun yang senang memegangnya.Tetapi dengan sensor inframerah, tempat sampah ini terbuka secara otomatis selama Anda berada dalam rentang 6 inci dari sensor. Tiga detik setelah selesai, tutup slide akan tertutup otomatis.


2. Barcode Trashcan


Tahukah anda bahwa tidak semua jenis plastik bisa didaur ulang? Pernahkah anda memperhatikan bagian bawah dari botol air mineral yang anda minum? Disana biasanya dapat dijumpai tanda daur ulang dengan angka ditengahnya.

Tanda inilah yang menunjukkan apakah sampah platik ini bisa didaur ulang atau tidak. Alat ini adalah sebuah tempat sampah pintar yang dilengkapi dengan barcode.

Bagi anda yang belum mengerti apa itu barcode, barcode adalah kode (yang biasanya berupa garis tegak lurus) yang biasa digunakan untuk mempermudah proses identifikasi suatu barang.

Aplikasi barcode paling banyak ditemui di supermarket atau swalayan untuk mempercepat proses pelayanan. Si Pelayan tinggal mengarahkan sensor ke arah barcode dan harga akan segera tampil dilayar.


3. Expanding Office Bin seharga


Tempat sampah ini dapat mengembang apabila di isi dengan sampah.


4. Ovetto Bin


Arsitek Italia Gianluca Soldi, yang sangat terlibat dalam lingkungan hidup, merancang Ovetto Bin, ($ 255) untuk membuat daur ulang yang lebih mudah dan lebih terorganisasi, ia menawarkan tiga divisi tersendiri untuk berbagai jenis daur ulang.

Setiap komponen memiliki pintu untuk tas removal dan penutup untuk menurunkan sampah, serta warna-warna yang berbeda untuk menempatkan sampah yang masuk.


5. Armstrong Bin


Tempat sampah ini didesain untuk memampatkan volume produksi sampah kita setiap hari. Nama Armstrong Bin berasal dari manusia pertama yang mendarat di bulan, seperti anda akan mendaratkan sampah pertama anda disini.


6. Minus Trash Can


Perancang asal Turki, Cem Tutuncuoglu memiliki ide cemerlang untuk menjauhkan tikus-tikus pengincar aroma busuk dari dapur Anda. Dengan kreativitasnya ia berhasil menciptakan Minus Frozen Garbage Container.

Dari namanya sudah bisa ditebak kalau hasil karyanya ini berupa tempat sampah yang bisa menjaga sampah organik anda agar tetap berada di bawah suhu nol derajat sehingga tidak mengalami pembusukan dan mengeluarkan aroma busuk.

Sumber :
blomada.com

Ilmuwan Berhasil Ungkap Rahasia Magnet Bumi

Posted: 27 May 2011 09:29 PM PDT

Inti Bumi secara bertahap meleleh dan membeku akibat sirkulasi panas dari mantel batu. Temuan ini membantu memahami terbentuknya inti Bumi.

Selain memahami terbentuknya inti Bumi, temuan ini juga bisa digunakan untuk mengetahui cara inti terluar berperan seperti geodynamo penghasil medan magnet.

"Asal muasal medan magnet hingga kini tetap menjadi misteri bagi ilmuwan," ungkap peneliti Jon Mound dari Leeds.


"Kita tak bisa mendapat sampel inti Bumi, jadi kita hanya bergantung pada pengukuran permukaan dan model komputer guna mengetahui yang terjadi di inti Bumi," lanjutnya.

Bagian dalam inti Bumi berupa besi solid seukuran Bulan yang dikelilingi inti luar dinamis cairan besi-nikel yang menyebabkan sebagian inti besi membeku dan meleleh.

Panas menghilang ketika dingin mengalir dari inti ke mantel diteruskan ke kerak Bumi melalui proses konveksi. Arus konveksi menggerakkan mantel hangat ke permukaan dan mengirim mantel dingin kembali ke inti.

"Gerakan inilah yang memberi daya 'geodynamo' untuk menghasilkan medan magnet. Model baru kami menyediakan penjelasan sederhana pada beberapa pengukuran yang membingungkan ilmuwan selama bertahun-tahun," tutupnya.

Sumber :
adipedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar