Sabtu, 21 Mei 2011

Apa Kabar Dunia

Apa Kabar Dunia


Remota, Hotel Unik yang Bisa Berkamuflase

Posted: 20 May 2011 11:21 PM PDT

Mencari tempat liburan di mana tak seorangpun akan menemukan Anda? Remota hotel jawabannya, hotel yang terletak pada tanah seperti tempat persembunyian rahasia Superhero. Perusahaan Jerman merancang struktur low-profile dengan atap hijau yang berkamuflase baik dari atasan maupun depan dan ada sejumlah inisiatif hemat energi di hotel ini.




Berikut ini adalah gambar-gambar hotel dari bagian luarnya.























Desain Arsitekturnya


Terinspirasi oleh peternakan domba di Patagonia, Remota tampak seperti rumput panjang dari kejauhan. Pada siang hari rumput liar selimuti atap dari hotel remota, tampak sangat mirip dengan landasan hijau.

Atap hijau terdiri dari beton yang telah dilapisi dengan membran aspal dan rumput karpet dua meter tingginya. Furniture di dalamnya diciptakan oleh tukang kayu di luar Patagonia.

Mereka menggunakan energi cahaya lampu dengan konsumsi air yang rendah karena strukturnya benar-benar disiapkan untuk menerima cahaya matahari.



Bagian Dalam Hotelnya
















Sumber :
kaskus.us

Tanda-Tanda Gempa Jepang Terlihat dari Perubahan Atmosfer

Posted: 20 May 2011 09:55 PM PDT

Memprediksi gempa merupakan salah satu masalah yang belum terpecahkan oleh ilmuwan. Namun gempa besar yang melanda Jepang dua bulan lalu memberi petunjuk bahwa kedatangan gempa didahului perubahan pada atmosfer.

Peneliti ilmu bumi dari Chapman University, California, Dimitar Ouzounov, merupakan orang yang menemukan perubahan komposisi atmosfer ini. Menggunakan data yang dikumpulkan satelit pengindra atmosfer, ia melihat peningkatan konsentrasi elektron beberapa hari sebelum kejadian gempa Jepang.

http://dailygrail.com/files/imagecache/BlogImage-Large/storyimages/infrared-earthquake.png

"Puncak keanehan atmosfer terjadi tiga hari sebelum gempa," ujar Ouzounov. Perubahan komposisi ini diinterpretasikan sebagai tanda kedatangan gempa.

Ide memprediksi gempa dengan melihat atmosfer telah lama berkembang pada ilmu kegempaan. Prinsip kerjanya cukup sederhana. Sebelum gempa terjadi, bagian patahan sumber gempa akan melepaskan gas tak berbau yang dikenal sebagai radon. Karena bersifat ringan, radon melayang hingga ke lapisan ionosfer.

Pada lapisan teratas ini, radon dan molekul udara saling bereaksi membentuk partikel bermuatan yang menarik molekul air sambil menghasilkan panas. Panas ini bisa dilihat dengan teropong inframerah. Keseluruhan proses sendiri disebut sebagai mekanisme Coupling.

http://space.geocities.jp/SeismoSTAR/LAIC.bmp

Menurut Ouzounov, peneliti telah mengumpulkan 100 data fenomena Coupling pada kejadian gempa berkekuatan lebih besar dari 5,5 skala Richter berkedalaman kecil dari 50 kilometer di Asia dan Taiwan.

Hubungan antara perubahan atmosfer dengan gempa ini semakin diperkuat setelah temuan pada gempa Sendai. "Butuh kolaborasi global untuk memonitor atmosfer agar bisa mengantisipasi kedatangan gempa," ujar dia.

Meski bukti-bukti terus terkumpul, kesuksesan dalam meramal gempa belum diyakini sepenuhnya. Pada kenyataannya, hingga saat ini belum pernah ada orang yang berhasil memprediksi gempa melalui perubahan atmosfer.

Fenomena lainnya, seperti perubahan perilaku binatang dan perubahan aliran air tanah, juga belum pernah digunakan dalam meramal gempa.

Profesor geofisika emeritus dari University of Michigan, Henry Pollack, memberikan pandangan kritisnya. Menurut dia, temuan Chapman belum meyakinkan karena butuh lebih banyak gempa agar bisa sampai pada kesimpulan bahwa gempa didahului oleh perubahan lapisan udara.

Sumber :
tempointeraktif.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar